Pengalaman pribadi Ibu bermain sambil belajar bersama anak.
katanya :::
Saat anak kami, Emir, menginjak bangku sekolah SD, ia mulai merengek minta dibolehkan bermain Play Station . Saya menganggap benda itu sebuah benda hiburan yang dimiliki oleh hampir semua tetangga dan teman seusianya di sekolah. Awalnya kami suami istri mendiskusikan lebih dulu apakah kami akan meluluskan permintaan ini ataukah tidak. Setelah melewati proses perjanjian yang amat rumit (berkenaan dengan jam main, berapa, lama serta aturan pemakaiannya ) kami membelikan benda itu tepat di akhir Ramadhan . Saat itu ia menyelesaikan hari terakhir berpuasa sebulan penuh tanpa ada yang setengah hari. Kami memilih fitur permainan yang sesuai dengan umurnya , dapat dimainkan bersama (ayah, adik atau sepupunya) serta tidak mengandung konten yang membahayakan . Masih terbayang wajahnya yang senang bukan kepalang, tak menyangka permintaannya bakal segera diluluskan .
Beberapa minggu kemudian ia mulai meminta kami menambah koleksi game yang boleh ia mainkan . Hanya berselang sebulan sejak membeli Play Station versi 2, ia meminta kami memasukannya dalam kursus bahasa Inggris . Ini agak mengejutkan . Biasanya inisiatif untuk les tambahan anak-anak datang dari orangtuanya . Kali ini datang dari anak umur 7 thn. Setelah kami telusuri, rupanya ia merasa kerepotan jika harus selalu bertanya pada orang dewasa mengenai instruksi yang terpampang di layar permaina. ooh … tak butuh waktu lama kami mendaftarkannya ke sebuah kursus Bahasa Inggris untuk anak-anak.
Dua tahun kemudian seorang kerabat memperkenalkan mainan sejenis dengan label DX Nintendo. Awalnya saya melihat mainan ini sama dengan PS2 dengan layar teramat kecil untuk ukuran anak-anak. Saat saya ajak periksa ke dokter gigi, ia membawa benda tersebut untuk menghilangkan kejenuhan saat antri . Mulailah ia memperkenalkan salah satu fitur permaianan asah otak berupa : matematika sederhana , mengingat kata, menyebutkan warna, pola, sudoko dan jumlah suku kata . Saya cuma senyum saja karena menganggap permainan itu mudah dan bersedia mencobanya .
Setelah memainkan benda ini beberapa lama, ternyata hasilnya cukup mengejutkan, skor saya jauh dari tingkat mahir . Untuk berhitung matematika penjumlahan, perkalian sampai jumlah 20 saja, saya masih mendapat skor seperti anak usia 7 thn (dlm deskripsinya disebut sebagai ..at walking speed) Waduh …saya pun mulai memainkan benda kecil ini secara rutin untuk asah otak (brain training) setiap hari . Cukup menyenangkan dan penuh tantangan karena anak dapat membandingkan kemampuan orang tua dengan kemampuan dirinya untuk soal matematika dan bahasa Inggris yang sederhana . Hasilnya ..skor tertinggi matematika sederhana dicapai ayah dlm kapasitas at bicycle speed , skor warna dicapai Emir dengan peningkatan yang signifikan , skor suku kata bahasa Inggris diraih ibunya ,dan skor Sudoku dipegang oleh adik sepupu saya dengan acungan jempol . Ternyata tak mudah memainkan fitur permaianan anak anak .
Jika orang tua selektif dalam memilih permainan bagi anak, tak semua fitur permainan membawa pengaruh negatif. Hal paling utama dalam mengijinkan anak memilih jenis hiburan dan permainan adalah pengaturan waktu yang baik. Jam setelah istirahat, hari libur, setelah mengerjakan PR sekolah,makan atau ibadah . Kami menjadikan fituredutainment sebagai hadiah (reward) dari apa yang telah ia kerjakan tepat waktu. Sebaiknya orangtua meluangkan waktu untuk main bersama . Terus terang saya tdk terlalu mahir dalam memainkan fitur permainan berkendaraan dan pertarungan sehingga membiarkan anak memenangkan permainan dengan mudah ,tetapi untuk permainanscrabble dan teka teki silang kami bertiga bisa serius menekuri papan larut dalam permainan .
Nak, dulu ibu dan ayahmu main gundu,kwartet, ular tangga , monopoli , layangan dan congklak untuk menghabiskan waktu menunggu magrib, jaman memang sudah berubah . Mainan outdoor demikian tidak lagi jadi kegemaran anak anak . Anak -anak lebih suka main dengan mesin daripada berinteraksi dengan teman seusia .
0 komentar:
Posting Komentar