Apa yang terlintas dalam pikiran Anda ketika melihat foto di atas? Mungkin sebagian besar dari Anda semua akan mengatakan hal ini “Idiiiihhh… lucu bangetttt” , “Anak siapa sih, imut banget?” , “Cantik ya…. Jadi pengen punya anak kayak dia” , dan komentar lainnya. Sebagai seorang wanita, saya juga pasti akan berkomentar seperti itu, berbagai rangkaian kalimat pujian dan kekaguman akan sosok seorang anak perempuan terlihat menggemaskan dengan gayanya yang centil.
Dibalik rasa kekaguman dan kalimat pujian tersebut, ada rasa aneh ketika saya melihat secara detail dan dari kacamata yang berbeda. Timbul sebuah pertanyaan, “Dari manakah anak perempuan itu meniru gaya atau pose centilnya?” Jawabannya mungkin berasal dari keluarganya, saudaranya, teman-temannya, atau juga anak itu meniru dari berbagai foto/gambar.
Seperti yang kita ketahui bahwa beragam aktifitas dunia nyata telah terpajang dengan manis di dalam dunia maya dan media massa. Mulai dari berbagai aktifitas biasa hingga ke aktifitas yang luar biasa, mulai dari pose atau gaya yang sederhana atau misterius hingga ke pose yang menantang dan mengundang syahwat, mulai dari yang serba tertutup hingga yang serba terbuka, semuanya ada!
Dan, tidak menutup kemungkinan kalau anak-anak sekecil itu meniru apa yang mereka lihat dan apa yang menurut mereka “keren” sebagaimana orang-orang dewasa yang juga mengatakan kalau hal itu “keren”, “gaul”, atau “trend masa kini”. Karena, gayanya yang centil tersebut mengingatkan saya pada gaya beberapa artis terkenal yang memang sering berpose manis seperti itu.
Tidak ada yang salah dengan cara meniru anak perempuan tersebut, namun, di dalam lubuk hati saya ada terselip rasa khawatir akan perkembangan anak-anak di masa depan bila cara meniru mereka masih bertahan seperti itu. Rasa khawatir ini bukan tanpa alasan, tetapi rasa khawatir yang tersulut dari beragam pose anak-anak dan remaja putri akhir-akhir ini yang mempertontonkan aurat dengan rasa bangganya. Sebagai contoh, betapa kaget saya ketika searching gambar di Google dengan keyword “anak SMU”, hasil yang tampak adalah beragam pose menantang dan mengumbar aurat. Dan yang lebih mengejutkan lagi, anak-anak yang masih terbilang SD pun dengan senang hati ikut melakukan pose-pose seperti itu, astagfirullah hal’adzim….
Akan seperti apa masa depan mereka jika mereka menyeringai dengan senyuman atau tawa bangga akan aurat mereka sendiri? Semua itu berawal dari cara meniru yang salah, sangat salah. Filterisasi pada informasi yang terdapat di dunia maya dan media massa tidak berfungsi sempurna, sehingga kita membutuhkan filter yang lebih banyak lagi agar anak-anak tidak meniru hal-hal yang “salah” dan terlihat tidak pantas. Dan, meskipun hanya sekedar gaya-gayaan atau lucu-lucuan, tapi kita tidak sadar bahwa apa yang kita lakukan merupakan sebuah contoh atau tindakan persetujuan terhadap hal itu sendiri.
Sesuatu yang besar berasal dari sesuatu yang kecil. Tindakan besar berasal dari tindakan kecil. Kehancuran yang besar juga berasal dari kehancuran yang kecil. Sebelum semua generasi mulai hancur, alangkah lebih baiknya bila kita mulai tegas dan melakukan tindakan filterisasi terhadap segala bentuk informasi yang diterima oleh anak-anak dan generasi masa depan kita.
Semoga kita semua tidak hanya mengagumi dan memuji kecentilan anak-anak, tetapi juga mengajarkan dan mendidik bagaimana mereka seharusnya, bukan bagaimana mereka adanya.
0 komentar:
Posting Komentar